Wednesday, January 7, 2015

Bicara Jodoh


Sumber gambar: allwomenstalk.com

Bicara perihal jodoh, pastinya sudah menjadi suatu keyakinan bahwa ia berada dalam gengaman Tuhan. Hal itupun menurunkan kepercayaan kalau pedamping hidup kita itu akan datang di saat yang tepat walaupun di sisi lain kita mengkhawatirkannya. Terutama ketika sudah sampai usia matang untuk menikah namun jodoh belum kunjung memberikan sinyal kedatangannya.


Terlepas dari kegelisahan tersebut, ada pula kegelisahan tentang cocok tidaknya pasangan yang akan menikah dan menjalani hidup bersama kita kelak. Banyak orang yang menginginkan pasangan yang sempurna ataupun dengan persyaratan ini itu sehingga akhirnya ia tak pernah menemukan orang yang cocok untuknya. Sebaliknya, mereka yang tidak mensyaratkan apa pun terhadap pasangannya, akhirnya menemukan pedamping hidup yang jauh lebih dari apa yang terbayangkan olehnya sehingga merasa puas.

Terkait hal ini, kemampuan dan keberanian menghadapi dinamika kehidupan adalah poin yang terpenting. Istilah, “Siap menghadapi yang tidak cocok maupun yang cocok”. Ketika bertemu yang tidak cocok berarti harus siap melakukan adaptasi bagaimana caranya agar dapat mencocokkan diri. Begitu pula saat cocok, jangan pernah lupa untuk mensyukurinya.

Ada pola khusus yang terbangun otomatis kalau kita kembali berbicara soal jodoh. Pola ini sebenarnya adalah kearifan dari tiap pasangan mengahadapi “ketidakcocokan”, walaupun kadang dilakukan oleh mereka tanpa disadarinya. Polanya begini:

Jika pasanganmu mempunyai beberapa hal yang lebih darimu, maka ia akan menyesuaikan dirinya mengurangi kelebihannya untuk bersamamu. Ataupun sebaliknya, kamu memperbaiki kekuranganmu agar bisa menyamakan dengan apa yang menjadi kelebihan pasanganmu. Bisa juga kalian saling menyesuaikan dengan kelebihan dan kekurangan kalian bersama-sama lalu bertemu di titik tengahnya.

Jadi, tak perlu heran ketika kamu menemukan seorang wanita yang sebelumnya terlihat sangat alim dan terkesan kaku, ketika dia menikah dengan pria yang biasa-biasa saja dalam masalah agama namun pandai bergaul, akhirnya sang wanita tersebut berkurang kesan kealimannya dan menjadi tidak terlalu kaku lagi. Ada pula sebaliknya, seorang pria yang sebelumnya preman dan jauh dari ibadah, ketika dia menikah dengan seorang wanita yang salehah, malah pria tersebut meninggalkan gelar premannya dan menjadi pria saleh yang tak kalah dari istrinya. Tentunya hal ini bukanlah suatu yang aneh namun keniscayaan.

Pada hakikatnya, Allah sudah mencipatakan segala hal di dunia ini berpasang-pasangan. Bahkan, tak sekadar berpasang-pasangan saja, ia pun menciptakannya agar mereka bisa saling melengkapi. Begitu pula kalau bicara perihal jodoh.

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.”
(Q.S. Adz-Dzariyat [51]: 49)

Wallahu a’lam.

Yansa El-Qarni,
menjawab kegelisahan seseorang

0 comments:

Post a Comment