Sunday, March 18, 2012

Lima Puisi 'Berlibur ke Negeri Sajak'


           
            Lima puisi ini adalah puisi yang saya ikut sertakan dalam lomba cipta puisi Berlibur ke Negeri Sajak yang deiselenggarakan Himpunan Bahasa dan Sastra Indonesia (Himasatrasia) UPI pada bulan November 2011. Puisi-puisi ini mendeskripsikan arti penting sesuatu yang bernama 'waktu’. Alhamdulillah, dari lima puisi tersebut lolos tiga buah puisi yang kini masuk dalam antologi puisi Situ Waktu. Puisi yang bejudul Detik (2) memperoleh pengharhaan sebagai puisi terbaik kedua, sedangkan puisi Detik (3) dan Hari, masuk ke 80 puisi di antologi tersebut. Selamat menikmati.


***

(Juara 2) 
Detik (2)

tiap detik adalah jarum
menusuk dalam angan rindu

16 Maret 2011
***
(nominator)
Detik (3)

Detik ibarat rintik
Jatuh sekedar berbisik
Bak merdu lantunan musik
Ia tiada mengusik
           
            Melena dalam sepi
            Menguap walau tak terik
            Hingga akhir ia berbisik
            Walau tak terdengar diri

Pare, 15 Juli 2011
***
(nominator)
Hari

Pagi adalah lambang semangat
Siang adalah lambang ikhtiar
Sore adalah lambang berpasrah
Malam adalah lambang pengikhlasan
Sebuah rotasi kehidupan manusia
Sebuah resonansi aturan dari Tuhan

21 November 2010
***
(tidak lolos)
Tak Abadi

gorong-gorong waktu memerosok hampa
terkoleksi dalam rangkaian perhelatan akbar sia-sia
terseleksi dalam eliminasi pengakuan dunia fana
dalam rintihan kepalsuan
dalam bunyi-bunyian bisik setan
dalam perselisihan nafsu dan akal

terhentak
membangunkan
berteriak
sia-sia

merangkak
berselimut
tertidur
sia-sia

rasa ini
rasa nanti
rasa kini
beda

beda hakikat
beda makna
beda arti
sama

semua tak abadi
25 Februari 2011

***
(tidak lolos)
Detak Detik

aku belajar setiap hari
merangkai detak detik yang kutangkap
melangkah dalam tapak pelan pelarian
menuju tujuan
terpampang di hadap para siang yang bersambut sang malam

kini, tampak semua detak detik belum terlihat jelas
sejauh pelupuk mata memandang, hanya ufuk datar tergambar
tapi kuyakin,
dalam tiap denyut ada nurani
pembimbing arah menuju ziarah nanti

kudengar, tanah kuburku memanggil sambil menunggu
saat sang nafas menjatuhkan para detak detik
berceceran, berhamburan dan berantakan
bisa saja mereka tanpa makna
tapi kuyakin,
ditiap hidup
para detak detiklah yang menjadi jantung


kamar kecil asramaku, 13 Agustus 2011

4 comments:

Post a Comment