Wednesday, January 21, 2015

Puisi Esai: Proklamasi Merdeka Jalan Proklamasi



Tugu Proklamasi di Jalan Proklamasi, Jakarta (Sumber gambar: kaskus.co.id)


/1/
Proklamasi
Kami pemuda Jalan Proklamasi[1] dengan ini menanyakan,
Apakah kami sudah benar-benar merdeka?
Dengan hidup bebas di jalanan
Dengan bertindak semaunya kami
Tak pernah peduli mana yang benar dan salah

Sekali lagi,
Apakah ini yang dikatakan merdeka itu?

Jakarta, 17 Agustus 2011
Roni Setiawan alias Roy

Kubacakan puisi gubahanku
Di panggung sanggar Bang Ebeng
Di hadapan para temanku yang senasib
Di hadapan para pemerhati nasib kami[2]
—dan tentunya,
Di hadapan gadis pujaanku
Lastri

Monday, January 19, 2015

9:42 PM - No comments

#Jodishan: Jomlo yang Selalu Bersama Tuhan



Sumber gambar: normansatria.wordpress.com

Jadi jomlo itu susah...
Kalau bertiga dikatain boyband...
Kalau berdua dikatain homo...
Kalau sendirian dikatain ngenes...
Maunya apa!?

Itulah sekelumit dilema yang dialami para jomlo. Merasa serba salah ketika dipandang orang lain. Namun, apabila dia menjadi #Jodishan (Jomlo Disayang Tuhan), tentunya takkan ada perasaan resah terhadap pandangan dari orang lain tersebut. Bagi #Jodishan, tak ada dalam kamusnya kata “sendirian” karena ia selalu merasa dirinya diawasi dan didampingi Tuhan. Toh, untuk apa takut dengan pandangan orang lain?
Kebersamaan seorang #Jodishan dengan Tuhannya akan membuatnya taat beribadah dan tak peduli gibah, malah kepengen-nya pergi ke Makkah, biar bisa naik haji sekalian di sana. Hehehe. Di saat ia merasa sendirian, ia ingat Tuhan. Kan keren tuh? :D

Yansa El-Qarni,
15 Januari 2015, di saat lagi mandek nulis

Saturday, January 10, 2015

11:04 AM - No comments

#Jodishan: Pembelaan Jomlo Tertindas


 
sumber gambar: sijuki.com

 
Para jomlo tertindas? Ya ..., setidaknya begitulah yang dirasakan para jomlo di zaman sekarang apabila disertai pe-lebay-an. Hehe. Tak perlu jauh, silakan perhatikan fenomena seorang jomlo yang jadi bahan olok-olokan di dunia maya, terutama pada situs 1cak.com (Padahal isi situs itu kebanyakan jomlo semua, termasuk penulis. Namun, uniknya mereka dengan ceria menjadikan kejomloan mereka sebagai bahan lelucon. Apa mungkin ini cara mereka untuk bertahan hidup menerima ketertindasan atas status jomlo mereka? Tampaknya hanya Tuhan yang tahu. Hahaha.). Biasanya para jomlo kategori ini akan dibilang ngenes karena tidak laku-laku dan tak punya pacar.
Ada pula fenomena jomlo lainnya yang seperti ini: Seorang jomlo itu tentunya tak punya pacar, dia terus memegang prinsipnya karena ingin menjaga dirinya dari zina dan menjadi #Jodishan (Jomlo disayang Tuhan). Kemudian, di saat kondisi dia menjadi jomlo itu, ada beberapa pihak yang selalu memulai topik pembicaraan ke arah pernikahan jika bertemu dengannya. Dari pembicaraan itu, ia simpulkan menyatakan bahwa para jomlo itu harus segera menikah.

#Jodishan: Aku Memilih “Jomlo” Bukan “Jomblo”


 
sumber gambar: kapanlagi.com plus edit sendiri


Ada beberapa pihak yang bertanya pada penulis, “Mengapa pakai kata ‘jomlo’ bukan ‘jomblo’?”. Mungkin sebagian dari mereka mengira kalau penulis typo, kan biasanya kata yang umum dipakai itu “jomblo” bukan “jomlo”. Terkait hal ini, penulis mengonfirmasikan bahwa penulis sengaja memakai kata “jomlo”. Terus alasannya apa? Chocodot, eh, check this out...!

Friday, January 9, 2015

10:28 PM - No comments

#Jodishan: Fikih (Hukum) Jomlo


sumber gambar: sijuki.com

Sebelum kita menjadi #Jodishan (Jomlo Disayang Tuhan), ada baiknya kita terlebih dahulu mengenal fikih seorang jomlo. Ada gitu? Ya adalah! Masa fikih nikah saja yang ada, ntar para jomlo merasa semakin tersisihkan. Hikz ....
Maka dari itulah, penulis merangkum fikih jomlo. Hukum ini sesuai dengan perkataan ustaz yang bicara soal hukum pernikahan (mulu). Berikut hasil rangkumannya ditambah perenungan yang mendalam dari penulis. Hehehe. Cekidot...!

Thursday, January 8, 2015

5:22 PM - No comments

#Jodishan (Jomlo Disayang Tuhan)



Sumber gambar: t-shirtsays.blogspot.com


Orang pacaran menunggu malam minggu untuk berduaan dengan pacarnya | Seorang jodishan menunggu sepertiga malam untuk berduaan dengan Tuhannya

Orang pacaran hobinya baca pesan SMS, BBM, Whatsapp, dan Line dari kekasihnya | Seorang jodishan senangnya tilawah baca Alquran, firman dari Tuhannya

Orang pacaran belajar dan berprestasi demi terlihat keren di mata pacarnya | Seorang jodishan belajar dan berprestasi demi berjuang fisabilillah di mata Tuhannya

10:04 AM - No comments

#Jodishan: Tuhan Tidak Memandang Kejomloanmu



Sumber gambar: www.nyunyu.com


Alkisah, seorang lelaki meninggal dalam keadaan masih membujang. Keluarganya begitu sangat berduka karena ditinggal olehnya karena lelaki ini merupakan sosok yang baik hati dan selalu berbakti kepada kedua orang tuanya. Ketika pemakamannya, begitu banyak orang yang ikut melayat dan menyaksikan ia dikuburkan ke dalam tanah. Mereka berdoa agar sang lelaki itu mendapatkan tempat yang layak di sisi Tuhannya.

Di alam yang berbeda, sang lelaki mendengar dari kuburannya para pelayat sudah mulai meninggalkan makam tempat liang lahatnya berada. Langkah-langkah para pelayat itu terus ia dengar dengan saksama hingga langkah orang terakhir yang meninggalkannya. Tepat pada langkah ketujuh orang terakhir tersebut, tiba-tiba datang dua sosok makhluk yang menghampirinya. Ia tahu bahwa kedua makhluk itu adalah malaikat penjaga kubur yang bernama Mungkar dan Nakir. Setelah mereka mengucapkan salam dan lelaki tersebut menjawab salamnya, tibalah saatnya kedua malaikat itu bertanya kepada sang lelaki, “Apakah kamu masih jomlo?”.

Wednesday, January 7, 2015

Bicara Jodoh


Sumber gambar: allwomenstalk.com

Bicara perihal jodoh, pastinya sudah menjadi suatu keyakinan bahwa ia berada dalam gengaman Tuhan. Hal itupun menurunkan kepercayaan kalau pedamping hidup kita itu akan datang di saat yang tepat walaupun di sisi lain kita mengkhawatirkannya. Terutama ketika sudah sampai usia matang untuk menikah namun jodoh belum kunjung memberikan sinyal kedatangannya.

Monday, January 5, 2015

Silaturahmi? Hmmm..., Penting Ga, Sih?

sumber gambar: google.com


Eh, Kak, benar kata Pak Ustaz ya kalau silaturahmi itu memperbanyak rezeki,” ucap adik kepada kakaknya setelah pulang bertamu dari rumah pamannya.

“Hahaha... Ya iyalah, Dek..., kalau kamu mah masih dapat THR dari paman. Kakak kan sudah tidak dikasih lagi karena katanya sudah gede,” ujar kakaknya sambil meringis.

***

Penggalan percakapan di atas bisa dikatakan salah satu efek dari berkahnya silaturahmi, lho. Sang adik mendapat uang THR itu karena dia sudah melakukan silturahmi, bukan? Kalau dia tidak singgah ke rumah pamannya, tentu uang THR itu tak mungkin datang sendiri menemuinya. Ya..., walaupun dalam kasus yang terjadi pada kakaknya berbeda ceritanya. :D

Sebelum kita membahas, “Apa seh pentingnya silaturahmi eeaaa?”, kita ungkap keberkahan di balik silaturahmi dulu, yuk.

Sunday, January 4, 2015

Di Pelupuk



sumber gambar: facebook.com



Di pelupuk
Aku tahan rasa rindu
Agar tiada rembesan pilu

Di pelupuk
Aku rasa dinginnya pilu
Pada hangatnya air mataku

Di pelupuk
Aku ingin ia menguap
Namun ia kembali menjadi embun
  
Yansa El-Qarni
30 September 2014

Menangis, Tanda Cinta Kepada Allah

sumber gambar: dostnet.biz


Kata “cinta”, tentunya bukan suatu yang asing lagi bagi kita. Satu kata ini akan menimbulkan begitu banyak interpretasi bagi setiap orang yang mendengarnya. Umumnya, ia menjadi simbol pengungkapan rasa kasih sayang yang sangat pada seseorang ataupun sesuatu. Bermacam-macam emosi akan bercampur dalam jiwa seseorang ketika ia merasakan apa yang dinamakan “cinta” tersebut. Apakah ia nanti akan sering senyum-senyum sendiri ketika memikirkan yang dicintainya, atau malah menangis tersedu-sedu ketika merindukannya.
Dalam cinta manusia kepada Allah, konsep ini lebih mengarah kepada cinta yang dihiasi tangisan. Seseorang yang cinta kepada Allah, apabila telah keasyikan berkomunikasi dengan-Nya terkadang dihadapkan dalam berbagai kondisi, seperti: harap, takut, sedih, tangis, bahagia, gemetar, tenang, berdebar dan lain sebagainya. Mari kita perhatikan pelajaran dari kehidupan para sahabat dahulu.
Dari Abi Hurairah r.a., dia berkata: “Ketika turun ayat afamin hadzal hadiisi, wa tadhhakuuna wa laa tabkuuna, wa natum saamiduuna, menangislah para sahabat (ahli shuffah) hingga mengalirlah air mata mereka membasahi pipi, dan ketika Rasulullah mendengar tangisan mereka, beliau pun menangis bersama mereka, maka kami pun menangis karena (terdorong oleh) tangisannya. Beliau bersabda: tidak akan masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah dan tidak akan masuk surga orang yang terus-menerus berbuat dosa. Sekiranya kamu tidak berdosa pasti Allah akan mendatangkan orang-orang yang berdosa kemudian Dia mengampuni mereka”. (H.R. Al-Baihaqi)

Tetesan Air Mata Cinta



sumber gambar: hartakata.wordpress.com


            Pernah membuat ibumu menangis? Sampai beliau mengunci diri di kamarnya sendirian? Lalu ketika kau memanggilnya tak ada jawaban selain isak tangisnya dari dalam kamar? Aku pernah melakukannya, Sobat.
            Entah apa yang aku dan kakakku dahulu pikirkan. Saat itu kami berdua kompak untuk membuat perempuan itu menangis. Sosoknya yang tegar itu kami buat menitikkan air mata hingga mengalir melalui celah-celah kerutan bawah mata penanda keriputnya. Keriput seorang ibu yang selalu memikirkan anak dan keluarganya, bekas goresan waktu dan beban pikiran yang mungkin tiada henti berputar di kepalanya kemudian mengendap di garis-garis wajahnya.

Thursday, January 1, 2015

Titik Hidup



sumber gambar: easydizzy.deviantart.com


Kukenalnya sebagai tanda baca dalam kehidupan
Di mana semuanya berhenti ataukah akan kulanjutkan lagi
Untuk menyusun rerangkai cerita
Yang akan kubukukan sebagai sejarah

“Ian, setelah wisuda ini kamu mau apa? Pasti menikah, ya?” ujar Ahmad kepadaku sembari merangkul diriku yang masih memakai toga.
Nggak. Aku belum akan menikah. Aku masih ingin berpetualang keliling dunia, Mad.”
Lha, bukannya kamu sedang dekat dengan seorang perempuan?”
“Siapa bilang? Nggak ada kok!”
Aku pura-pura tak tahu, walaupun sebenarnya aku paham bahwa perempuan yang dimaksudkan Ahmad itu adalah Zahra. Sosok perempuan muslimah yang sering digosipkan dekat denganku. Ya..., kami sebenarnya memang sempat dekat. Tetapi itu dahulu, bukan sekarang.