10:04 AM -
#Jodishan
No comments
#Jodishan: Tuhan Tidak Memandang Kejomloanmu
Sumber gambar: www.nyunyu.com |
Alkisah,
seorang lelaki meninggal dalam keadaan masih membujang. Keluarganya begitu
sangat berduka karena ditinggal olehnya karena lelaki ini merupakan sosok yang
baik hati dan selalu berbakti kepada kedua orang tuanya. Ketika pemakamannya,
begitu banyak orang yang ikut melayat dan menyaksikan ia dikuburkan ke dalam
tanah. Mereka berdoa agar sang lelaki itu mendapatkan tempat yang layak di sisi
Tuhannya.
Di
alam yang berbeda, sang lelaki mendengar dari kuburannya para pelayat sudah
mulai meninggalkan makam tempat liang lahatnya berada. Langkah-langkah para
pelayat itu terus ia dengar dengan saksama hingga langkah orang terakhir yang
meninggalkannya. Tepat pada langkah ketujuh orang terakhir tersebut, tiba-tiba
datang dua sosok makhluk yang menghampirinya. Ia tahu bahwa kedua makhluk itu
adalah malaikat penjaga kubur yang bernama Mungkar dan Nakir. Setelah mereka mengucapkan
salam dan lelaki tersebut menjawab salamnya, tibalah saatnya kedua malaikat itu
bertanya kepada sang lelaki, “Apakah kamu masih jomlo?”.
***
Cerita
di atas tentunya hanyalah fiktif belaka. Cerita tersebut adalah karangan
penulis pribadi yang ingin menggambarkan bahwa rasanya tidak mungkin pertanyaan
itu akan menjadi pertanyaan utama yang diutarakan malaikat ketika meminta
pertanggungjawaban kita di alam kubur kelak. Sebagai muslim, kita pastinya
sudah tahu bahwa saat itu kedua malaikat tersebut akan menanyakan tentang “Siapa
Tuhanmu?” kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
tauhid lainnya.
Kejomloan
atau status masih melajang, bukanlah suatu hal yang menjadi komponen paling utama
dalam masalah agama. Walaupun di lain sisi, terdapat pula berbagai firman Allah
yang menginsyaratkan tentang pernikahan serta beberapa riwayat dari Rasulullah
yang menekankan tentang pentingnya menikah. Bahkan, sering pula disebut kalau
dengan menikah berarti seseorang menggenapkan separuh dari agamanya yang belum
sempurna ketika sebelum ia menikah. “Apabila seorang hamba telah
berkeluarga, berarti dia telah menyempurnakan setengah dari agamanya maka
takutlah kepada Allah terhadap setengahnya yang lainnya.” (H.R.
At-Thabrani)
Apakah
hal itu benar? Yup, tentunya harus kita yakini bahwa itu adalah suatu kebenaran
karena disampaikan oleh Rasulullah Saw. Di sisi lain, saya juga meyakini bahwa
hal ini merupakan sekadar anjuran dari Rasulullah Saw tentang suatu kebaikan
yang patut diutamakan namun bukanlah berarti kita menjadi buruk jika belum
dapat atau mampu melaksanakannya.
Banyak
hal lain dalam Islam yang juga menjadi keutamaan selain menikah. Menuntut ilmu
misalnya. Terdapat beberapa ulama besar Islam yang meninggal tanpa sempat
menikah sebelumnya. Sebut saja Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Imam Nawai, dan Imam
Thabari yang namanya sering menjadi rujukan umat Islam karena keluasan dan
keutamaan ilmu yang dimilikinya. Konon, selama hidupnya para ulama ini tidak
sempat menikah karena sibuk menuntut ilmu dan berdakwah.
Terbayangkah
kalian, apabila di akhirat kelak, para ulama yang mulia ini ditanya tentang
status “kejomloan” mereka kemudian hal itu menjadi pengurang dari kemuliaan
mereka di mata Allah Swt? Wallahu alam.
Allah Yang Maha Tahu akan hal ini.
Setidaknya,
saya pribadi meyakini bahwa kemuliaan seseorang di mata Allah Swt bukanlah
dipandang dari apakah ia sudah menikah atau masih jomlo. Namun, dari seberapa
banyak amal kebaikan yang dilakukannya selama di dunia. Wallahu alam.
Yansa El-Qarni,
*Ingat, kadang menjadi jomlo adalah suatu pilihan hidup
seseorang. Jomlo yang baik itu bukanlah mereka yang tidak ingin menikah, tapi
ia meyakini Allah mempunyai rencana lain yang juga baik untuknya.
0 comments:
Post a Comment