6:01 PM -
Syair Inspiratif
4 comments


Lima Puisi 'Berlibur ke Negeri Sajak'
Lima puisi ini adalah puisi yang saya ikut sertakan
dalam lomba cipta puisi Berlibur ke Negeri Sajak yang deiselenggarakan Himpunan Bahasa dan Sastra Indonesia (Himasatrasia) UPI pada bulan November 2011. Puisi-puisi ini
mendeskripsikan arti penting sesuatu yang bernama 'waktu’. Alhamdulillah, dari lima puisi tersebut lolos tiga buah puisi yang kini masuk dalam antologi puisi Situ Waktu. Puisi yang bejudul Detik (2) memperoleh pengharhaan sebagai puisi terbaik kedua, sedangkan puisi Detik (3) dan Hari, masuk ke 80 puisi di antologi tersebut. Selamat
menikmati.
***
(Juara 2)
Detik (2)
tiap detik
adalah jarum
menusuk dalam angan rindu
menusuk dalam angan rindu
16 Maret 2011
***
(nominator)
Detik (3)
Detik
ibarat rintik
Jatuh
sekedar berbisik
Bak
merdu lantunan musik
Ia
tiada mengusik
Melena
dalam sepi
Hingga akhir ia berbisik
Walau
tak
terdengar diri
Pare, 15 Juli 2011
***
(nominator)
Hari
Pagi adalah
lambang semangat
Siang adalah
lambang ikhtiar
Sore adalah
lambang berpasrah
Malam adalah
lambang pengikhlasan
Sebuah
rotasi kehidupan manusia
Sebuah
resonansi aturan dari Tuhan
***
(tidak lolos)
Tak Abadi
gorong-gorong
waktu memerosok hampa
terkoleksi
dalam rangkaian perhelatan akbar sia-sia
terseleksi
dalam eliminasi pengakuan dunia fana
dalam
rintihan kepalsuan
dalam
bunyi-bunyian bisik setan
dalam
perselisihan nafsu dan akal
terhentak
membangunkan
berteriak
sia-sia
merangkak
berselimut
tertidur
sia-sia
rasa ini
rasa nanti
rasa kini
beda
beda hakikat
beda makna
beda arti
sama
semua tak
abadi
25 Februari 2011
***
(tidak lolos)
Detak Detik
aku belajar setiap
hari
merangkai detak detik yang kutangkap
melangkah dalam tapak pelan pelarian
menuju tujuan
terpampang di hadap para siang yang bersambut sang malam
kini, tampak semua detak detik belum terlihat jelas
sejauh pelupuk mata memandang, hanya ufuk datar tergambar
tapi kuyakin,
dalam tiap denyut ada nurani
pembimbing arah menuju ziarah nanti
kudengar, tanah kuburku memanggil sambil menunggu
saat sang nafas menjatuhkan para detak detik
berceceran, berhamburan dan berantakan
bisa saja mereka tanpa makna
tapi kuyakin,
merangkai detak detik yang kutangkap
melangkah dalam tapak pelan pelarian
menuju tujuan
terpampang di hadap para siang yang bersambut sang malam
kini, tampak semua detak detik belum terlihat jelas
sejauh pelupuk mata memandang, hanya ufuk datar tergambar
tapi kuyakin,
dalam tiap denyut ada nurani
pembimbing arah menuju ziarah nanti
kudengar, tanah kuburku memanggil sambil menunggu
saat sang nafas menjatuhkan para detak detik
berceceran, berhamburan dan berantakan
bisa saja mereka tanpa makna
tapi kuyakin,
ditiap hidup
para detak
detiklah yang menjadi jantung
kamar kecil asramaku, 13 Agustus 2011
4 comments:
semangat!
makasih.... :)
Bagus puisi e jang :))
makasih bik... :D
Post a Comment