8:11 PM -
Opini
No comments


Menulis Karya Antimainstream
![]() |
Gambar: kartikoputra.blogspot.com |
Bicara
tentang antimainstream, saya ingin
memulainya dengan sebuah analogi. Bila ada sebuah sungai besar, tentunya ia
memiliki arus utama yang menuju ke laut. Arus yang menuju ke laut itu bisa kita
sebut sebagai mainstream-nya. Lalu,
jika ada arus lain yang melawan arus utama tersebut, itulah yang dapat disebut antimainstream-nya. Tentunya, jika kita
ingin menjadi antimainstream seperti
yang dideskripsikan tersebut, jelas
bukan pekerjaan yang mudah.
Namun,
menurut saya, menjadi antimainstream
tidak harus seperti itu. Tidaklah selalu harus melawan arus utama yang bisa
jadi alirannya sangat kuat. Dengan kuat alirannya tersebut, tak jarang malah
pihak yang melawannya akan menjadi korban. Maka dari itu, bagi saya, menjadi antimainstream boleh saja kita mengikuti
arus utama jika melawan arus terasa begitu sulit. Tetapi ada hal penting yang perlu
dicatat, yaitu bagaimana cara kita mengikuti arus tersebut.
Dalam
hal karya tulis, novel Dilan dapat
menjadi contohnya. Pidi Baiq, penulis novel tersebut pernah mengungkapkan kalau
Dilan itu sebenarnya adalah novel teenlit, namun diramunya dengan gaya
tulisan ala sastra “serius”. Di tengah-tengah maraknya teenlit, beliau membuat
tulisan teenlit dengan rasa yang
berbeda dengan biasanya. Setidaknya, seperti itulah yang saya pahami ketika
bertemu beliau di salah satu kesempatan di Educafe, di jalan Kota Bandung.
Menurut saya, novel Dilan tersebut
merupakan contoh antimainstream yang
tidak melawan arus, tetapi mengikuti arus yang ada. Namun, ketika mengikuti
arus tersebut, ia membuat aliran yang berbeda untuk arus yang diikutinya.
Mungkin, inilah yang membuat buku Dilan laku dipasaran karena para remaja
penikmat teenlit juga dapat menyukai buku tersebut.
Resep Menulis Karya Antimainstream
Ada
dua tipe tulisan antimainstream
menurut saya, yaitu antimainstream
dalam isi dan antimainstream dalam
kemasan. Antimainstream dalam isi
umumnya dapat dilihat dari orisinalitas gagasan yang diwacanakan dalam tulisan.
Gagasan tulisan tidaklah sama dengan gagasan yang umumnya dikenal oleh
kebanyakan orang. Misalnya novel Shaman
karya Ayu Utami, ia menggangkat isu feminisme dalam novelnya yang saat itu
masih jarang diangkat.
Lain
halnya dengan antimainstream dalam
kemasan, kebanyakan isinya mungkin sudah sering dan banyak diangkat di berbagai
tulisan. Namun, dengan kemasan yang bagus dan berbeda dari keumuman, ia dapat
menarik perhatian pembacanya. Contoh tipe antimainstream
ini seperti buku Udah Putusin Aja!
karya Felix Siauw. Buku yang mengangkat tema tentang tidak ada pacaran dalam
Islam sebenarnya sudah cukup sering diangkat, seperti Pacaran Setelah Pernikahan-nya Salim A Fillah, dsb. Namun, pada buku Udah Putusin Aja!, penyampaiannya dikemas dengan berbagai ilustrasi
dan grafis yang menarik.
Kemudian,
untuk resep menulis tulisan antimainstream,
untuk saat ini saya baru bisa memberi resep ATM. Amati, Tiru, Modifikasi! Ini
merupakan resep yang manjur, namun harus ditambah kepekaan dalam berpikir out of the box. Misalnya, ketika banyak
tulisan yang menulis tentang indahnya pernikahan, maka buatlah tulisan indahnya
menjomlo.
*Tulisan
ini dibuat dadakan sebagai materi diskusi online grup KPKers Baraya, 26
September 2015
*Silakan
kita lanjutkan wacananya lewat diskusi di grup fb KPKers Baraya https://www.facebook.com/groups/kpkersbdgcmhkbb/1686262034921425/?notif_t=group_comment_follow
0 comments:
Post a Comment