8:15 PM -
Artikel Islam,Sekolah Pemikiran Islam
1 comment


Aku Berpikir Maka Tuhan Ada
![]() |
Gambar: Twitter.com |
“Aku berpikir maka aku ada.” (Descartes)
Kalimat yang diutarakan filsuf kenamaan
dari Perancis ini kerap menjadi rujukan orang-orang yang mencoba berpikir
filosofis, terutama terkait dengan bagaimana memaknai kehidupannya. Di masa
sekarang, berpikir kritis dengan memakai logika dan bukti-bukti dalam bentuk
yang rill sudah menjadi tradisi
ilmiah di kalangan saintis untuk menyikapi rahasia kehidupan. Sayangnya, proses
berpikir tersebut kian sekuler sehingga banyak yang tidak menemukan adanya
pihak yang Maha Kuasa di balik apa yang sedang mereka sibak.
Padahal dalam proses berpikir itulah
seharusnya dapat ditemukan hal-hal yang membuktikan keberadaan Tuhan. Sosok
yang mengatur segalanya yang pada hakikatnya takkan dapat ditemukan hanya dari
kacamata ilmu sains saja, namun harus bersinkronisasi dengan kacamata agama.
Dengan kacamata yang tergabungkan ini, maka akan terlihat jelas bahwa semua hal
yang ditemukan dan dipikirkan bersumber pada suatu hal yang bersifat gaib, yang
merupakan tanda-tanda-Nya.
Tuhan merupakan sumber kebenaran dari
kehidupan yang dicari oleh manusia. Semakin manusia berusaha membuktikan
ketidakberadaan-Nya, semakin pula manusia membuktikan keberadaan-Nya karena
ketidakberdayaan manusia menghadapi kenyataan bahwa apa yang dicarinya kian tak
berujung. Pada ketidakberujungan pencarian dan ketidakberdayaaan manusia itulah
terdapat kuasa Tuhan yang sebenarnya sedang membimbing manusia untuk
mengenal-Nya. Dengan mengenal-Nya, manusia akan mengetahui apa yang dicari dalam
kehidupannya. Agamalah yang menjadi tuntunan terhadap hal tersebut.
Dalam Islam, kata “berpikir” sering kali
diungkapkan di ayat-ayat Alquran yang menjadi pedoman untuk umatnya.
Setidaknya, terdapat lebih dari dua belas ayat yang memerintahkan manusia untuk
berpikir dalam mengenalnya.
“Dan
Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” (Q.S. Al-Jatsiyah [45]: 13)
Pada ayat-ayat tersebut, Allah
mengajarkan manusia untuk berpikir agar semakin dapat menemukan keberadaan-Nya
(mengenal-Nya).
Kalimat “Aku berpikir maka Tuhan ada”
yang terdapat di judul tulisan ini, bukan dimaksud bahwa Tuhan baru muncul
keberadaannya setelah manusia berpikir. Namun, pada hakikatnya Tuhan itu ada,
namun manusia baru akan menemukan keberadaan-Nya ketika ia mencoba untuk
berpikir.
Sama halnya perkataan Descartes, “Aku
berpikir maka aku ada”, bukan berarti secara wujud manusianya ia (Descrates)
tidak ada sebelum ia berpikir. Namun, yang dimaksudkan dengan “ada” itu adalah
ia menyadari keberadaan tentang hakikat diri seutuhnya. Begitu pula saat bicara
tentang Tuhan, keberadaan-Nya yang seutuhnya akan ditemukan oleh manusia
apabila ia mencoba untuk berpikir. Tak hanya berpikir dengan logika saja, namun
juga dengan perasaan dan mata hati. Pada hakikatnya, baik logika maupun
perasaan diproses dalam otak yang menandakan keduanya tercipta dalam proses
yang disebut “berpikir”. Wallahu alam.
Penulis: Eko Apriansyah a.k.a. Yansa El-Qarni
*Tulisan ini merupakan tugas kuliah Sekolah Pemikiran Islam ITJ Angkatan 1
1 comments:
Lalu setuju kah anda dengan kalimat "saya berfikir maka saya ada" dan jelaskan
Post a Comment