3:26 PM -
Bincang-bincang
No comments
Pembelajaran dari Masa Lalu
“Sungguh, pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pembelajaran bagi orang yang mempunyai akal.
(Al Quran) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu daan (sebagai)
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
(Q.S. Yusuf: 111)
Berkaca dari masa lalu, memetik
hikmah dari buah kejadiannya, inilah yang disebut pembelajaran. Manusia hidup
disertai dengan berbagai masalah yang mengiringinya. Masalah tersebut ada yang
pernah dihadapi sebelumnya, ada pula yang belum pernah sama sekali.
Penyelesaian, walau masalah tersebut pernah dihadapi, bukanlah hal yang mudah.
Nyatanya banyak kejadian sama yang tetap saja tidak ditemukan penyelesaian
karena gagal belajar dari masa lalu.
Pengalaman pribadi tidaklah cukup
sebagai sumber pembelajaran. Kisah-kisah orang lain juga merupakan sumber yang
tak dapat digantikan. Sumber mata air yang tak pernah kering. Sumber mata air
yang bisa ditemukan dimanapun.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam sendiri bahkan pernah diajarkan langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengambil
pembelajaran dari kisah para nabi dan rasul sebelumnya seperti yang tertera di
ayat surat Yusuf tadi. Ini pertanda bahwasanya dalam kisah-kisah masa lalu itu
terdapat petunjuk orang-orang yang memikirkannya.
Tokoh proklamator Indonesia, Ir.
Soekarno, juga pernah berkata “jangan sekali-kali melupakan sejarah” atau yang
biasa disingkat JAS MERAH. Benar yang dikatakan beliau karena sejarah atau masa
lalu merupakan gudang perbaikan menuju masa depan yang lebih baik. Tak ada
orang yang sukses tanpa menghargai dan mempelajari sejarah masa lalu yang ada.
Barangsiapa yang masa lalunya dijadikan guru, niscaya ia akan mudah menapaki
langkahnya ke depan.
Aliran waktu yang melaju tanpa
pernah kembali menandakan masa lalu adalah suatu yang sudah terjadi dan
mustahil diubah. Dari hal ini seharusnya manusia belajar menggunakan waktu yang
ada sebaik mungkin. Apakah waktu sekarang dimanfaatkan maksimal, apakah masa lalu
sudah diambil hikmahnya, lalu apakah masa depan sudah dipersiapkan. Pertanyaan
ini adalah hakekat waktu yang perlu dijawab pribadi masing-masing. Allah
menegaskan dalam firmannya “Demi masa.
Sesengguhnya manusia itu merugi.” (Q.S. Al Asr: 1-2). Jelas bahwa siapa pun
yang menyia-nyiakan waktu adalah termasuk kategori orang-orang yang merugi,
begitu juga yang menyiakan masa lalu dan tidak mengambil manfaat darinya.
Pasir waktu tak dapat
kembali
Ia sirna dihembus angin
Hanya debu melekat
disisi
Biarkan ia tetap abadi
(EA)
0 comments:
Post a Comment